Kondisi yang menjadi semakin berat di dunia media di masa Pandemi Covid-19, ternyata malah berhasil memicu dan membangkitkan jiwa kewirausahawan di kalangan sejumlah jurnalis.

Industri media yang sudah menghadapi masa sulit sebelum pandemi saat ini mengalami keadaan yang semakin sulit. Kompetisi dari media sosial dan kehadiran influencers seakan semakin menekan pendapatan dari iklan industri bagi media massa, ini terlihat dari banyaknya media yang telah meminimalisir produksi konten mereka atau bahkan terpaksa harus menutup perusahaan secara keseluruhan.

Pandemi jelas telah memperburuk keadaan. Banyak jurnalis yang bahkan bila tetap dapat mempertahankan pekerjaan mereka dan tidak berhadapan dengan pemotongan gaji, tetap dihantui perasaan tidak aman di tengah situasi ekonomi yang kini sedang menjadi momok.

Para jurnalis, yang biasanya kerap berpindah dari satu tempat ke lokasi yang lain untuk meliput berita kini lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah. Pembatasan sosial menjadi salah satu alasan utama, yang memaksa mereka untuk bersandar kepada konferensi pers daring, seminar web, maupun acara virtual seperti peluncuran produk untuk penulisan berita mereka.

Mereka seakan mendapat pukulan ganda dari situasi yang serba tidak pasti dan imobilitas dengan kondisi yang terjadi. Penurunan produksi konten yang disebabkan oleh pola kerja yang berbeda membuat banyak teman-teman jurnalis memiliki waktu dan kepentingan untuk mencari usaha sampingan, seperti menjadi pengusaha daring.

Sri Anindiati Nursastri atau yang akrab disapa Sastri, merupakan salah satu diantara mereka. Ia menggunakan akun Instagram pribadinya untuk menjajakan camilan sehat.

Begitu juga dengan jurnalis Detik.com, Johanes Randy yang menggunakan platform serupa untuk berjualan kopi dengan akun @liffe.coffee. “Saya memulai hobi ini karena memiliki lebih banyak waktu luang saat bekerja di rumah.”

“Saya menggunakan waktu yang semula dihabiskan untuk pergi ke tempat kerja dan tempat lain untuk mengurus bisnis kecil saya. Ini menjadi cara alternatif pribadi untuk mendapatkan penghasilan tambahan,” paparnya.

Helinsa Rasputri, yang belum lama ini meninggalkan Kumparan.com juga sudah memulai usaha yang bukan saja menjadi kegiatan anyar baginya, tetapi juga mengingatkan mantan jurnalis pariwisata ini akan kampung halamannya, dengan berjualan teh susu khas Karo melalui @tehsusukaro, “Awalnya saya hanya sebatas iseng dari hobi, tapi karena tidak bisa pulang ke kampung halaman akibat pandemi, saya mengubah kerinduan ini menjadi bisnis,” ujarnya.

Ia berasal dari Kabupaten Karo, sebuah daerah di Sumatera Utara yang juga menjadi wilayah suku Batak Karo. “Saya ingin teman-teman dan pelanggan juga merasakan enaknya teh susu ini,” tambah dia.

Seorang jurnalis video dari media yang sama, Kumparan.com, bernama Eka Nurjanah juga terinspirasi dari kampung halamannya. Ia berasal dari kota Brebes di Jawa Tengah yang terkenal dengan telur asinnya yang juga menjadi salah satu oleh-oleh untuk kolega, teman, dan keluarga di rumah bagi para pelancong yang liburan ke sana.

Bersama pasangan, ia menggunakan akun Instagram @eka_egg untuk meluncurkan bisnis kecilnya menjual telur asin dan lebih serius mengelola strategi pemasaran serta pengemasan untuk pengembangan usahanya.

Bagi editor Koran Sindo, Sali Pawiatan, ia sepenuhnya menyadari bahwa ia membutuhkan rencana cadangan jika kantor tempat dirinya bekerja tidak lagi dapat berjalan dengan baik, terlebih lagi, saat ini sudah ada pengurangan fasilitas untuk para karyawan. Ia kemudian memilih menggunakan Instagram melalui akun @pempek_wakkocu untuk menjual Pempek Jambi buatannya.

Di masa seperti sekarang ini, dimana perusahaan media seharusnya dapat memberikan jaminan pekerjaan bagi para jurnalisnya, menjadi pertanyaan apakah usaha wiraswasta dapat memicu konflik kepentingan bagi karyawan yang bersangkutan.

Namun, yang penting untuk diingat adalah bahwa sekarang ini adalah masa-masa luar biasa, dimana pandemi mampu mempercepat kemerosotan banyak media. Bahkan, tidak dapat diperkirakan seberapa lama dampaknya akan bertahan terhadap ekonomi dan masyarakat.

Oleh karena itu, sangat menggembirakan melihat para teman-teman jurnalis kami melakukan usaha yang pantas untuk didukung. Jadi, apabila Anda merasa lapar dan ingin mencoba kudapan ringan atau makanan lain, pastikan Anda mencari para rekan jurnalis dan memberi dukungan yang pantas mereka dapatkan.