MEDIAINDONESIA.COM, Jakarta – PERTENGAHAN tahun 2021, Indonesia dihadapkan pada tingginya kasus positif covid-19 akibat varian delta. Masyarakat yang terpapar juga berasal dari berbagai kalangan, termasuk para jurnalis yang disebabkan tuntutan profesi.

Jurnalis terutama yang meliput berbagai isu, diharuskan masih bekerja di lapangan dengan minimnya alat perlindungan. Di lain sisi, beberapa jurnalis juga tidak memiliki privilege untuk bekerja di rumah seperti karyawan kebanyakan.

Mayoritas jurnalis masih harus bekerja dari kantor atau lapangan dengan situasi yang mungkin jauh dari protokol kesehatan (prokes)  covid-19 yang ideal. Dari data yang dihimpun Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, pada periode Maret -Juni 2021, terdapat 381 jurnalis yang terpapar covid-19, sembilan diantaranya meninggal dunia.

Jumlah ini pada kenyataannya dapat lebih besar, mengingat tidak semua jurnalis yang terpapar covid-19 bersedia melaporkan kasusnya. Untuk itu, melanjutkan kerja sama di tahun sebelumnya dalam memberikan dukungan kepada jurnalis yang terdampak pandemi, Maverick Indonesia dan AJI Indonesia menyelenggarakan program #UntukJurnalisID dan Perawatan Pulih Jiwa. Program ini diharapkan dapat memberikan dukungan kepada rekan-rekan jurnalis yang terdampak pandemi untuk dapat kembali berkarya seperti semula.

Direktur Maverick Indonesia, Lita Soenardi mengutarakan setelah berjalan selama satu tahun, Maverick melihat berbagai kegiatan dalam program #UntukJurnalisID dan Perawatan Pulih Jiwa berlangsung lancar. Baik itu dalam proses pengumpulan bantuan maupun penyelenggaraan aktivitas dengan peserta tepat. “Kami juga bersyukur atas antusiasme rekan-rekan jurnalis terhadap program ini, yang terlihat dari jumlah peserta yang mengikuti beberapa aktivitas yang kami selenggarakan, ” kata Lita Soenardi kepada Media Indonesia, kemarin.

Dikatakan bantuan tunai bagi mereka yang terpapar covid-19 banyak   bermanfaat karena bertepatan dengan gelombang varian delta yang  terjadi di Juli atau Agustus. Tidak sedikit wartawan yang bertugas di lapangan terpapar virus ini, sehingga bantuan bisa sampai pada pihak yang membutuhkan.

Hemat dia, Maverick sebagai perusahaan konsultan komunikasi yang menginisiasi program ini telah berhasil menggalang donasi dari berbagai organisasi dan individu untuk membantu jurnalis.  Ditanya apa harapannya kepada para donatur, seiring berakhirnya program ini? Lita mengapresiasi dan berterima kasih serta sangat menghargai   para  donatur yang di tengah masa pandemi dapat menyisihkan dana bagi   bantuan kemanusiaan terutama bagi rekan jurnalis. “Meski program ini sudah berakhir, namun kami berharap kerja sama masih bisa terjalin di masa mendatang untuk program-program   lain   yang   memberikan dukungan kepada rekan-rekan jurnalis,” tukasnya.

Dalam catatan Maverick, sebanyak 396 jurnalis dari seluruh wilayah Tanah Air telah mendapatkan bantuan program ini. Maverick berharap kepada para penerima manfaat program ini bahwa pihaknya selalu menempatkan rekan-rekan jurnalis sebagai mitra kerja  karenanya di saat mereka berada dalam situasi yang kurang menguntungkan pihaknya ingin berada disamping mereka untuk memberi  dukungan.

Peserta program Pulih Jiwa diharapkan dapat kembali bangkit untuk tetap berkarya.  Selain itu melalui webinar series kami berharap para peserta mendapatkan bekal tambahan dari sisi ilmu dan keterampilan.

Sementara, Ketua AJI Indonesia, Sasmito Madrim menilai program   #UntukJurnalisID dan Perawatan Pulih Jiwa yang berjalan selama   setahun ini (February 2021 – Januari 2022)  tidak hanya bermanfaat  bagi jurnalis, juga kepada masyarakat secara tidak langsung.  Sebab informasi yang akurat dibutuhkan masyarakat untuk dapat selamat   pada masa pandemi Covid-19. Dan informasi yang akurat tidak akan muncul, jika jurnalis-jurnalis di Indonesia dalam keadaan sakit, baik secara fisik maupun mental.

Ditanya apakah program ini sudah menjangkau rekan-rekan jurnalis di seluruh Tanah Air, untuk anggota AJI khususnya dan jurnalis pada umumnya? Sasmito mengakui program ini belum dapat menjangkau semua jurnalis di Tanah Air. Tapi program ini membuktikan bahwa jurnalis yang terinfeksi covid-19 tidak dibiarkan sendiri.  

“Bantuan dari berbagai pihak membuktikan bahwa masyarakat juga  memiliki kepedulian terhadap jurnalis dalam menghadapi pandemi   dan   memastikan informasi yang akurat terus ada di tengah masyarakat, ” tegasnya. Kendati pandemi covid-19 belum dapat diketahui akan berakhir kapan, lanjut dia, varian baru terus bermunculan dan menjadi ancaman bagi   jurnalis. Karena itu, akan sangat baik program seperti ini selalu   tersedia dan dapat diakses oleh jurnalis di Indonesia.(H-1)